Lagi senang, lagi hepi..eh, nggak tahan juga pengen cerita sama teman. Kalau enggak buru-buru diceritain dada keburu meledak saking bahagia rasanya....!

Memang,kalau lagi emosional begitu (sebel atau hepi, sama aja) umumnya kita butuh teman lain untuk mendengarkan isi hati. Dan, karena lagi emosional kadang-kadang akal sehat enggak terlalu jalan. nggak pakai pikir panjang, kurang perhitungan baik-buruk, yang penting emosi yang lagi penuh itu perlu disalurkan dulu.

Sekarang, mumpung kamu lagi nggak emosional, coba deh renungin beberapa hal berikut ini .... Kalau kamu lagi sebel, waktu cerita ke temanmu, sadar nggak sih bahwa kamu dengan bebas dan lancar menceritakan kejelekan yayang kamu sendiri? Besok, saat kesel kamu sudah reda, sudah baikkan lagi, mungkin sohibmu masih terkesan dengan minus-minus do'i yang kemarin kamu beberkan.

Kalau kamu lagi hepi, habis melewati malamminggu yang "sukses" dan "oke", kamu merasa perlu juga cerita bagaimana do'i memperlakukan kamu. Kata-katanya yang mesra, tatapannya yang ehem ...! belum lagi adegan kissy-kissy sebelum pulang. Hm, sadar nggak sih kalau kamu sedang membeberkan rahasia berdua yang seharusnya jadi kenangan pribadi?

Waktu lagi semangat beruneg-uneg,atau lagi seru bagi cerita malam minggu, pernah nggak kamu bayangin perasaan do'i seandainya dia tahu kamu cerita hal-hal pribadi sampai hal yang mendetil? malu? marah? Pedulikah kamu terhadap perasaannya?

Pernah nggak mau bayangin seandainya do'i yang justru membeberkan detil kisah malam minggumu kepada teman-temannya? Bagaimana kalau justru ceritanya (tentang kamu) berlanjut jadi bahan ledekan? banggakah kamu?

Pernahkah terpikir olehmu seandainya suatu saat, teman yang hari inikamupercaya 100%, berbalik jadi mush dan ia memakai cerita-ceritamu untuk bikin malu dirimu? Berbagi perasaan memang perlu. Bisa mengurangi sedih dan kesal. Bisajuga berarti berbagi bahagia. Tapi,kalau semua ini juga berarti membeberkan rahasiamu berdua do'i, siapkah kamu menanggung segala akibatnya?